Kamis, 17 Maret 2011

HIKMAH KEMATIAN.

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Saudara saudari Fillahku tercinta, yang selalu di Mulia kan ALLAH SWT ...
KEMATIAN itu sangatlah PASTI datangnya...

Cukuplah KEMATIAN sebagai pelajaran buat kita
Cukuplah KEMATIAN sebagai nasehat buat kita

Kemanapun kita melangkahkan kaki untuk pergi...
Kepada siapapun kita berlindung ...
Dengan apapun kita menghindar ...
Apabila sudah saatnya KEMATIAN datang ...
Kita tidak bisa pergi, berlindung atau menghindar ...

Seterampil/seberhasil apapun kita bekerja & berkarya ... pada saatnya kita terbujur kaku sebagai MAYAT ... kita tetap membutuhkan bantuan khusus seseorang untuk memandikan dan membungkus tubuh kita.

Sepanjang apapun jabatan pendidikan kita ... pada akhirnya jabatan kita hanyalah satu .. ALMARHUM / ALMARHUMAH

Sebanyak apapun harta yang kita miliki ... pada akhirnya hanyalah beberapa lembar kain yang akan kita kenakan dan beberapa meter persegi RUANG TANAH untuk tempat tinggal akhir kita di dunia.

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu KEMATIAN!” (HR. Tirmidzi)

Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan sang GURU KEMATIAN sangatlah banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan dalam kehidupan sehari hari.

=> KEMATIAN mengingatkan bahwa WAKTU SANGAT BERHARGA
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat, ALLAH SWT dalam FirmanNya : “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (QS. Al-Anbiya :1)

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya ALLAH, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, KEMATIAN akan tetap datang tanpa ada perundingan.
“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….” (QS. Ibrahim :44)

=> KEMATIAN mengingatkan bahwa KITA BUKAN SIAPA-SIAPA
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka KEMATIAN adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya. Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.

Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah KEMATIAN.

=> KEMATIAN mengingatkan bahwa KITA TAK MEMILIKI APA-APA
Fiqih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu. Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.

Lalu, masih layakkah kita mengatas-namakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergipun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya ALLAH SWT. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada ALLAH SWT. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba ALLAH SWT. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

=> KEMATIAN mengingatkan bahwa HIDUP ADALAH SEMENTARA
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.

Ketika sapaan KEMATIAN mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

=> KEMATIAN mengingatkan bahwa HIDUP BEGITU BERHARGA
Seorang hamba ALLAH yang mengingat KEMATIAN akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat)
Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika KEMATIAN menjadi sesuatu yang paling diingat.

"Katakanlah, 'Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripada-nya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemuimu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumu'ah: 8). 

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, ken-datipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (QS. An-Nisa`: 78). 

"Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi, dia berkata, 'Ya Rasu-lullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?' Rasulullah menjawab, 'Kamu bersedekah dalam keadaan sehat, mencintai harta, takut miskin, dan berharap kaya, jangan menunda-nunda sehingga ketika nyawa sampai di kerongkongan kamu berkata, 'Untuk fulan ini, untuk fulan ini,' padahal ia telah menjadi miliknya'." (Muttafaq alaihi. Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 680 dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 538).

Agar penyesalan tidak terjadi pada kita, maka yang mesti kita lakukan adalah memanfaatkan detik-detik umur dengan mengisinya dengan kebaikan, karena itulah satu-satunya bekal bagi kita di perjalanan panjang, di mana awalnya adalah kematian. Di sinilah letak pentingnya seorang Muslim selalu mengingat kema-tian. Ya, dengan mengingat kematian, lebih-lebih memperbanyak-nya, mendorong seorang Muslim untuk berbekal, karena dia me-nyadari dirinya akan mati.

Karena hikmah inilah, maka Rasulullah mengajak kita mem-perbanyak mengingat kematian.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata, Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :
"Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yakni kematian." (HR. at-Tirmidzi, no. 2308 dan Ibnu Majah, no. 4258, dishahih-kan oleh Syu'aib al-Arna`uth dalam Tahqiq Riyadh ash-Shalihin, hadits no. 579).

Memperbanyak mengingat mati berarti memperbanyak amal kebaikan. Orang yang tidak beramal baik atau dia berbuat buruk berarti tidak ingat dirinya akan mati. Imam ad-Daqqaq berkata, "Barangsiapa memperbanyak mengingat mati, dia dikaruniai tiga perkara: Menyegerakan taubat, hati yang qana'ah, dan semangat beribadah." (QS. At-Tadzkirah, al-Qurthubi 1/23).

Dengan memaknai KEMATIAN, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

Perbanyaklah mengingat KEMATIAN. Seorang hamba yg banyak mengingat mati maka ALLAH SWT akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya KEMATIAN. {HR. Ad-Dailami}

Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar